Quantcast
Channel: POPsy! - Jurnal Psikologi Populer » bullying
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4

“Bullying” dalam Dunia Pendidikan (bagian 2b): Pelaku Juga Adalah “Korban”

$
0
0

gambar diambil dari teens.novita.org.auDalam tulisan awal dari bagian kedua ini, kita telah melihat bagaimana karakteristik korban bullying dan apa saja yang bisa mereka lakukan untuk mencegah atau mengatasi perilaku bullying yang diarahkan kepada mereka. Tulisan kali ini akan membahas mengenai pelaku bullying itu lebih jauh. Apa yang membuat seorang anak tega menindas sesamanya? Apakah terdapat kecenderungan kepribadian tertentu, ataukah ada pola lingkungan khusus yang membentuk perilaku ini? Tidak hanya pada korban, dampak negatif dari bullying juga dirasakan oleh pelakunya, bahkan hingga mereka dewasa kelak. Apa saja dampaknya?

Dampak Perilaku Bullying dalam Perspektif Perkembangan Anak

Tidak harus menunggu sampai seorang anak menjadi anggota institut sekolah tinggi terkemuka untuk bisa melakukan bullying; tanda-tandanya sudah dapat diamati pada anak-anak yang bahkan belum bersekolah sekalipun. Perilaku menggigit, memukul, mendorong, menjatuhkan, atau melemparkan barang-barang pada teman bermain atau orang lain adalah beberapa tanda-tanda kecenderungan agresif yang, bila tidak ditangani, akan mengarah pada perilaku bullying dan tindakan kekerasan lainnya. Berlawanan dengan pandangan umum pula, bullying bukanlah aktivitas normal pada anak-anak yang akan ’berlalu dengan sendirinya seiring mereka dewasa.’ Kini telah diketahui bahwa perilaku bullying yang tidak ditangani dengan baik pada masa anak-anak justru dapat menyebabkan gangguan perilaku yang lebih serius di masa remaja dan dewasa, seperti:

  • Pelecehan seksual
  • Kenakalan remaja
  • Keterlibatan dalam geng kriminal
  • Kekerasan terhadap pacar/teman kencan
  • Pelecehan atau bullying di tempat kerja
  • Kekerasan dalam rumah tangga
  • Pelecehan/kekerasan terhadap anak
  • Kekerasan terhadap orang tua sendiri

Faktor dan Karakteristik yang Terkait dengan Perilaku Bullying

Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan seorang anak menjadi pelaku bullying? Salah satunya adalah keluarga. Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah: orangtua yang kerap menghukum anaknya secara berlebihan atau situasi rumah yang penuh stres, agresi dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orangtua mereka dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku coba-cobanya itu, ia akan belajar bahwa ”mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan berperilaku agresif dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang.” Dari sini, anak tidak hanya mengembangkan perilaku bullying, melainkan juga sikap dan kepercayaan yang lebih dalam lagi.

Bullying is not about anger. It is not a conflict to be resolved, it’s about contempt –a powerful feeling of dislike toward someone considered to be worthless, inferior or undeserving of respect. Contempt comes with three apparent psychological advantages that allow kids to harm others without feeling empathy, compassion or shame. These are: a sense of entitlement, that they have the right to hurt or control others, an intolerance towards difference, and a freedom to exclude, bar, isolate and segregate others.

(Barbara Coloroso, pengarang buku ”The Bully, the Bullied, and the Bystander”, seperti dikutip oleh bullying.org)

Selain keluarga, ada beberapa karakteristik lain yang terkait dengan perilaku bullying. Patut dicatat bahwa kita tidak dapat serta-merta ’menghakimi’ anak sebagai pelaku hanya karena ia memiliki beberapa karakteristik tertentu. Di bawah ini adalah karakteristik yang pada umumnya ditemui pada pelaku bullying, sehingga anak yang belum melakukan bullying, namun memiliki beberapa karakteristik berikut, dapat segera dikenali dan diberi pengertian yang benar sebelum ia melakukannya.

  • Cenderung hiperaktif, disruptive, impulsif, dan overactive
  • Memiliki temperamen yang sulit dan masalah pada atensi/konsentrasi
  • Pada umumnya juga agresif terhadap guru, orangtua, saudara, dan orang lain
  • Gampang terprovokasi oleh situasi yang mengundang agresi
  • Memiliki sikap bahwa agresi adalah sesuatu yang positif
  • Pada anak laki-laki, cenderung memiliki fisik yang lebih kuat daripada teman sebayanya
  • Pada anak perempuan, cenderung memiliki fisik yang lebih lemah daripada teman sebayanya
  • Berteman dengan anak-anak yang juga memiliki kecenderungan agresif
  • Kurang memiliki empati terhadap korbannya dan tidak menunjukkan penyesalan atas perbuatannya
  • Biasanya adalah anak yang paling insecure, tidak disukai oleh teman-temannya, dan paling buruk prestasinya di sekolah hingga sering terancam drop out.
  • Cenderung sulit menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan dalam hidup

Dari pelbagai karakteristik yang dimiliki pelaku di atas, dapat kita lihat bagaimana para pelaku tersebut sebenarnya juga adalah korban dari fenomena bullying. ’Pelaku’ yang sebenarnya bisa dikatakan adalah mereka yang menutup mata terhadap fenomena ini atau menganggapnya normal dan membiarkannya terus-menerus terjadi. Mereka seringkali adalah orang-orang terdekat pelaku dan korban, yaitu teman sebaya, orangtua, dan guru. Apa saja yang sebenarnya bisa mereka lakukan untuk memutus mata rantai bullying ini? Nantikan tulisan berikutnya dalam seri ”Bullying dalam Dunia Pendidikan”.

Sumber:

Bullying Facts Pamphlet-2 – Bullying.org (pdf)

Bullying Information for Young People – Bullying.org (pdf)

Making a Difference in Bullying – Bullying.org (pdf)



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4

Trending Articles